Saya punya tetangga meja kerja di kantor
namanya Ranti, dia jenis kelaminnya sama seperti saya ceweq. Hobby juga
keliling dunia ini sama bernarsis ria, "clik" photo saya donk disini," gitu
celotehnya.
Menjelang tahun baru 2011 ini, saya dengan
teman saya membuat rencana ke Pantai Pameungpek Garut-Jawa Barat. Perjalanan
kali ini tanpa itinerary dan jadwal ketat, by feeling aja. Wuih gaya teman saya
itu sudah seperti backpacker sejati dech, pakai sendal jepit, bawa ransel di
gendong. Saya sich masih mending agak rapihan dikit. Kali aja ketemu cowoq ganteng
di angkot, "dalam hati saya."
Sebelum pergi, kami searching mbah google
dan mencari informasi pada teman-teman yang sudah pernah ke Pantai Pameungpek. Sudah
komplit informasinya, kami tentukan tanggal hajatannya. 30 Desember 2010 adalah
tanggal keramat buat kami berdua.
Mau
tahu routenya? Pasti donk…
Kami pergi agak manja dikit, naik bus Primajasa
AC-Ekonomi Jurusan Jakarta-Garut ongkosnya Rp35.000 via tol Cipularang.
Sepanjang jalan Ranti ngorok enggak ya…duh saya lupa lagi. Sampai di terminal
Garut pas jam makan siang, karena perut keruyukan kami makan dulu di warung
makan khas sunda sambil nanya-nanya angkot ke Pantai Pameungpek. Warung itu
lumayan enak makannnya, tapi sambalnya ampun dech bau terasi, secara saya gak
terlalu suka terasi. Tapi, karena lapar, samber saja itu nasi, lalapan sama
ikannya yumy!. Belum selesai makan para calo udah nanya-nanya, "Neng, pantai…pantai". Sabar atuh mang, jawab saya (red: sabar bang).
Syarat utama backpacking kudu nawar yang
kuat, apapun itu. Kendaraan maupun makanan. Kernet teriak-teriak nyari
penumpang lain. Oh ya..mobil ¾ jurusan Garut-Pameungpek ongkosnya Rp25.000.
Kalau weekdays katanya sich Rp20.000 saja. Tapi kalau hari-hari khusus kayak new year naik dikit ongkosnya. Lama juga kami nunggu muatan penuh. Ada beberapa
cowoq dan ceweq naik. Saya berbisik ke Ranti, "kayaknya mereka mau ke Pameungpek
juga dech". Udah bosen ngetem, pergi juga angkutan ini. Pemandangan Garut kami
tinggalkan. Beralih ke perjalanan melalui hutan, kebun teh, jalan
berkelok-kelok. Teman saya sampe mabok tuch, saking pusing berkelok-kelok
jalannya.
Jarak kota Garut-Pameungpek 90 km. Setelah
empat jam perjalanan, akhirnya sampelah ke Kota Pameungpek, tepatnya sebuah
kecamatan. Untuk ukuran kecamatan cukup ramai, banyak pertokoan berjejer,
fasilitas ATM juga ada beberapa. Kernet ngasi tahu kami, kalau mau ke Pantai
Pameungpek harus naik lagi angkutan bayar Rp10.000. Ada hal menarik ketika
turun dari angkutan desa. Ternyata yang bareng seangkutan itu ada yang kenal
dengan temen saya Ranti. Basa-basilah kami sebentar. Trus mereka nanya, "Udah
dapet kamar belum?". Jawab saya," Wah….kebetulan kami belum dapet penginapan."
Akhirnya kami deal untuk menyewa satu guest house namanya Perumahan Citra Agung, ratenya per malem/Rp300.000, ada kamar mandi dalam, 3 bed dan tivi. Tempatnya persis deket gerbang masuk menuju pantai Santolo-Pameungpek Garut-Jawa Barat. Kalau sharing untuk 10 orang, per orang kena charge Rp30.000/malam, murah kan guys?
Akhirnya kami deal untuk menyewa satu guest house namanya Perumahan Citra Agung, ratenya per malem/Rp300.000, ada kamar mandi dalam, 3 bed dan tivi. Tempatnya persis deket gerbang masuk menuju pantai Santolo-Pameungpek Garut-Jawa Barat. Kalau sharing untuk 10 orang, per orang kena charge Rp30.000/malam, murah kan guys?
Pantai
Santolo
Pantai berpasir putih ini kerap banyak
dikunjungi warga setempat, bahkan dari luar Garut pun banyak yang menyenangi
pantai ini. Wisata alam murah, anak-anak bisa berenang, banana boat pun
tersedia disana.
Menjelang detik-detik pergantian tahun,
banyak warga berbondong-bondong ke tempat ini. Motor udah kayak semut aja, truk
yang isinya muda-mudi, bahkan pake kolbak. Apapun kendaraannya yang penting
bisa menikmati awal tahun kelinci 2011 di Pantai Santolo.
Sebelum jam 12 malam, kami makan dipinggiran
pantai menikmati ikan bakar khas Pameungpek. Enak tenan, apalagi makannya
ngumpul sama temen-temen meskipun temen baru kenal. Indahnya bersama para
backpacker, baru kenal tapi rasanya udah setahun kita mengenal mereka. Canda
tawa mencairkan suasana, tapi tentunya gak bisa gila…gilaan…malu hehhehe.
Pengunjung pantai ini jelang pergantian
tahun ramai sekali. Tapi saya dan kawan-kawan bertahan hingga tepat jam12 teng.
Kembang api, kamera balapan kilatan cahayanya menyambar langit nan gelap. Suara
motor di pinggir pantai memekak telinga, mungkin gang motor.
Kalau mengintip pantai di siang hari. Ombak disini
masuk keluarga pantai selatan, bergemuruh, biru langit diselingi awan putih terlihat
menawan hati, pasir putih, hamparan karang mati, air laut jernih biru. Semua
itu memanjakan mata yang memandang.
Kita juga dapat menyaksikan orang memancing,
bisa juga loch berphoto dengan mereka. Narsis dot com pokoknya! Bahkan atraksi
terjun ke laut dari jembatan dapat kita saksikan. Itu akan terjadi kalau
pengunjung ada yang melempar uang kertas.
Pantai ini tempat mangkalnya para nelayan
tradisonal, sebagai pencari ikan di Samudra Hindia. Di sekitar pantai ini ada
banyak tempat menginap, penjual souvenir dan pakaian renang. Jangan lupa singgah ya ke lokasi peluncuran
satelit LAPAN. Lokasinya sebelum menuju pantai ini. Billboardnya terpampang
sangat jelas LAPAN!
Pantai
Puncak Gua
Jangan ngebayangin pantai ini dalam gua
loch, namanya memang Pantai Puncak Gua. Wuih keren dech hamparan sawah nan
hijau, laut biru, langit membiru cerah. Gak ada beda dengan lokasi di Ubud
Bali.
Akses kesini memang tak ada angkutan umum.
Kita harus menyewa ojek atau angkutan pedesaan. Sepanjang jalan menuju pantai
ini, disisi kiri dan kanan hamparan sawah dan laut. Jalan desanya pun sudah
beraspal dan layak dilalui.
Pantai ini terletak dibawah. Curam buat saya
menakutkan sekaligus excotic. Kalau mau latihan mati, silahkan jangan ragu
mencobanya. Hamparan rumput hijaunya, mengoda badan untuk baring-baring jika
ingin menyaksikan sunset. Lari ketengah hamparan savana patut dijajal, sambil
berphoto ria.
Hening, angin sepoy-sepoy, cocok untuk
seorang penulis datang ketempat ini. Pantai ini tak berbayar. Siapapun boleh
nongkrong disini, sesuka hati. Kalau malam minggu ada beberapa pasangan remaja,
menghabiskan waktu di pantai ini.
Pantai
Rancabuaya
Pantai ini kurang terdengar gaungnya. Namun,
pantai ini memiliki kekhasan tersendiri. Batu-batu karang besar, tebing
batuan cukup tinggi. Ombak disini ganas karena berbatasan dengan Samudra
Hindia. Anginpun kencang. Saya mau diphoto saja, kerudung gak bisa diam tuch.
Pantai ini mudah disusur. Karena jalannya
mulus. Tersedia juga parkir yang luas. Penginapan kelas backpacker tersedia, juga kelas hotel masih dalam proses pembangunan. Ada lesehan makan, nyeruput kelapa muda, nasi gorengpun ada
disini. Beli ikan segar, bisa juga. Saya melihat ada penjual ikan disitu.
Sepertinya tempat lelang ikan. Karena terlihat berjejer perahu nelayan
tradisional. Lokasi ini belum terjamah pengembang. Masih
alami, pastinya jauh dari polusi.
Never
ending for travelling
Tidak ada komentar:
Posting Komentar