Hawa sejuk pagi Desa Guguk membuat malas untuk beranjak. Saya menyaksikan anak sekolah dasar berlarian. Mereka akan pergi ke sekolah. Bernyanyi, tertawa melengkapi pagi anak-anak itu. Pergi sekolah dengan semangat bak pahlawan pada masa perjuangan dulu.
Semangatku pun turut terbakar. Untuk menyusuri Hutan Adat Guguk. Saya akan melintas bagai seorang petualang sejati. Waktu menunjukkan pukul 7.00 bagian Jambi. Kami segera berangkat untuk menapaki tanah hutan basah.
Peralatan tempur sepatu bot sudah siap. Obat anti nyamuk sudah ditangan. Berharap tidak ada pacet yang menggelayut di kaki. Saya takut pacet. Bentuk tubuhnya setelah menghisap darah manusia membuat jijik. Dan sebelum hisapannya kenyang. Ia tak akan juga lepas dari kulit manusia. Setelah kenyang menjadi gendut penuh darah.
Saya dan kawan-kawan penuh semangat melintasi jembatan goyang sepanjang 200 meter. Dinamakan jembatan goyang. Karena ketika kita melintas di sini. Akan bergoyang-goyang serasa diayun.
Jembatan Goyang |
Posisi Hutan Adat Guguk berada persis di seberang Sungai Merangin. Air sungainya jernih. Saya melihat warga setempat memfungsikan sungai untuk membersihkan badan dan pakaian.
Sungai Merangin yang saya lewati. Airnya berasal dari Kabupaten Kerinci. Lalu air itu akan mengalir ke perkampungan Kabupaten Sarolangun Jambi. Sungai ini merupakan anak Sungai Batanghari. Dan akan mengakhiri perjalanan di Pantai Sungai Sumatera.
Sungai Merangin yang melintas Hutan Gukguk |
Serasa menjadi sehat ketika memasuki gerbang masuk Hutan Adat Guguk. Bagaimana tidak? Kota metropolitan membuat saya sesak nafas oleh polusi industri dan kendaraan. Sementara di dalam hutan ini. Udara yang saya hisap. Dibarengi harum pohon-pohon hutan.
Kami berjalan menyusuri jalan setapak. Pacet berloncatan mencari mangsa. Embun di dedaunan masih tampak berkilauan kena sorot matahari pagi. Tujuan kami trekking hingga puncak hutan. Luasan Hutan Adat Guguk mencapai 690 Ha. Potensi kekayaaan alamnya terdiri dari 116 jenis pohon bernilai jual tinggi. Diantaranya Tembesu, Kulim, Medang, dan Meranti. Pohon rotan, manau dan jernang tumbuh subur di tempat ini.
Aneka burung yang berkicau di kawasan ini 91 jenis burung. Seperti Rangkong, Murai batu, dan Sawai. Hewan buas Harimau Sumatera pun masih menghuni hutan ini dengan nyaman. Rusa dan kijang tak kalah masih berkeliaran. Juga 21 jenis mamalia lainnya turut meramaikan kawasan hutan adat ini.
Tapak harimau? Ya…raja hutan satu ini barusan melintas sebelum kami lewat. Saya dan kawan-kawan menghentikan langkah sejenak. Memastikan tapak hewan apa yang ada di depan kami. Lalu Zul, guide local kami dalam menjelajah Hutan Adat Guguk memberi tahu. Bahwa itu memang betul tapak harimau.
Tapak Harimau |
Hutan di mata warga Desa Guguk seperti ibu dan anak. Hutan ini memayungi Desa Guguk. Ikatan emosional dengan hutan ini. Dibuktikan dengan merawat dan menjaganya. Mereka berharap hutan ini kelak bisa berharap bertahan hingga anak cucu mereka. Bukan hanya ceritanya saja yang tersisa. Tapi memang generasi mendatang bisa merasakan hawa hutan ini.
Sebut saja Zul (46). Lelaki dengan perawakan sedang ini sudah akrab dengan hutan sejak puluhan tahun silam. Ia sering ke hutan ini. Kadang membawa ke empat anaknya. Untuk memperkenalkan alam sejak dini. Zul ini yang menemani kami memasuki area Hutan Guguk.
Berwisata alam ke Hutan Adat Guguk menambah wawasan saya tentang hutan, hewan juga budaya. Ingin kembali ke sini. Menghirup wewangian alam.
Happy Backpacker :)
Suka tulisan ini! Share keteman-temannya yuk :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar